30 April 2021
Apa sih harga itu?
Apakah sama dengan label?
Kenapa kita lebih memilih dihargai daripada dilabeli?
Kenapa kita lebih memilih dihargai daripada menghargai?
Ini sebenarnya kesalahan makna karena bahasa Indonesia menggunakan kata yang sama untuk respect dengan price, jadi satu dengan kata 'harga'.
Jadi respect tidak sama dengan price, dan respect bukanlah label.
Respect lebih kepada penghormatan (biasanya disebut meng'harga'i).
Kemudian respect itu, given? Earned ? Atau Must?
Jawabannya adalah ketiga-tiganya.
Given.
Ketika kamu adalah keturunan bangsawan, atau ningrat. Jadi ini diberikan secara cuma-cuma karena merupakan hak dari sebuah sistem sosial dan budaya yang ada di masyarakat.
Earned.
Ketika respect didapatkan karena kamu melakukan sesuatu yang memang 'pantas' untuk memperolehnya. Artinya ini tidak serta merta diberikan secara cuma-cuma. Ini hanya diberikan kepada orang-orang yang benar-benar pantas mendapatkan nya. Contohnya pahlawan kemerdekaan, pahlawan perjuangan apapun itu, para patriot bangsa, martir, pekerja sosial nirlaba, sukarelawan dan orang-orang yang melakukan kebaikan - kebaikan tanpa ingin diketahui oleh orang lain selain dirinya sendiri.
Must
Ini diberikan karena sebuah norma yang berlaku. Misalnya, diberikan kepada Orang tua, guru, pengajar, orang yang lebih tinggi posisi sosialnya, dan sistem subordinasi yang mendukung terjadinya hal ini.
Ujung-ujungnya kembali lagi kepada labeling, ketika perbuatan mulai dikelompokkan maka akan menjadi sebuah sistem.
Oleh karena kalau mau berbuat baik tidak perlu ada alasannya. Ketika ada alasannya itu bukanlah hal yang murni, karena ada alasan dan harapan atau ekspektasi dari perbuatan baik itu.
Ada juga yang maksudnya ingin berbuat baik, tetapi karena caranya tidak baik, tentu saja akhirnya menjadi tidak baik pula. Pun demikian dengan perbuatan baik yang didasari oleh pengakuan atau eksistensi diri.
Biasanya perbuatan itu dipamerkan, maaf bahasa saya kasar. Kita re-frame lagi.
Biasanya perbuatan itu di 'dokumentasikan' dan di upload ke media sosial. Ya sudah ini pada dasarnya sudah selesai karena tujuannya bukan melayani semesta tetapi melayani diri sendiri.
Jangan khawatir, saya sendiri juga belum bisa kok, kadang saya juga masih mempertimbangkan pamrih. Karena hanya Tuhan lah yang tanpa pamrih. Tetapi paling tidak, kita bisa menyadari dan mengamati nya. Itu cukup, selebihnya keputusan ada di diri sendiri.
Kembali lagi ke pertanyaan awal. Apakah kamu lebih memilih dihargai atau menghargai?
Kalau saya terserah mau dihargai berapa. Yang penting saya menghargai orang lain seperti saya menghargai diri saya sendiri.
Semoga paham dan nggak bikin baper (bagi yang gampang baperan).
No comments:
Post a Comment