Wednesday, April 14, 2021

Sikapmu Adalah Keadaanmu

 08 April 2021

 

Di suatu sore pulangnya saya dari nyeni saya sehari-hari, saya mendapat kabar dari seorang kawan yang lama tidak memberikan kabar, tidak ada angin tidak ada badai, beliau curhat kepada saya.

 


Katanya, “Aku cuma mau tanya aja, tapi jawabanmu cuma aku pakai gae pertimbangan tok kok, jadi gak usah mikiri akibate.”

 

Kawan saya ini seorang pemilik toko retail di salah satu Mall terbesar di surabaya, beliau memiliki sekitar 20 karyawan yang aktif bekerja di tokonya. Memang tidak terlalu besar tetapi cukuplah bagi dia untuk memiliki beberapa property dan kekayaan lainya.

 

Tanya saya kepadanya, “emange mau tanya apa kok kayake penting banget gitu?”

Jawabnya, “lho ya sakjane ya penting gak penting, tapi aku perlu pendapate orang lain sing di luar bisnisku ini.”

“O ya wis”, jawab saya kepadanya.

 

Jadi singkat cerita beliau termasuk pengusaha yang terkena imbas dari pandemi 2020, sudah ada beberapa karyawan yang dia rumahkan dengan janji akan di pekerjakan lagi apabila pandemi sudah berakhir, mungkin hingga saya menulis tulisan ini masih belum dipekerjakan lagi. Sekitar bulan september 2020, bisnisnya sudah buka kembali dan mulai ‘lancar’ kembali, walaupun tidak sebanyak tahun 2019, tetapi di akhir tahun 2020, beliau sudah bisa tutup buku dengan profit yang lebih tinggi dari tahun 2019.

Nah, yang beliau tanyakan adalah. “Ya ngene pertanyaanku ya, iki kan karyawan-karyawan ku sing sik kerjo sama aku iki kan tak gaji separuh, yo ada beberapa sing gak gelem trus metu tapi yo onok sik setia masio tak gaji separuh, soale aku janji nek toko ku wis pulih tak bayar utuh maneh gajine.”

Tanya saya padanya, “Lha saiki tokomu wis pulih opo durung nek menurut mu?”

Jawabnya, “Yo iyo wis pulih sih sakjane, tapi kan yo eman, nek aku balikno gajine utuh maneh, profitku kan malih berkurang tho boss, lha wong pemerintah ae sik durung ngumumno nek pandemine wis buyar tho? Kan berarti iki sik masa pandemi jadi kan yo wajar lah nek karyawanku sik tak gaji separuh, ya tho?”.

Kata saya padanya, “Yo terserah kamu aja Bro, kan ini ya bisnis kamu dewe, lagian kamu tadi kan yang nanya ke aku, tapi ingeten ya, bisnismu wis pulih tapi kesejahteraan karyawanmu kan durung mbok pulihno, nasib dan harkat hidupnya karyawanmu ada di tanganmu kamu yang menanggung semuanya, dan janji mu pasti akan ‘ditagih’ bukan oleh mereka tapi oleh ‘apapun itu’ yang akan menagih janjimu Bro, nek gak nang awakmu yo nang keturunanmu, wis ngono ae, nek aku isok ngomong yo”.

 

Jawab dia pada saya, “Yo ndak isa gitu lah boss, iki kan kondisi sik durung pasti, nek moro-moro PSBB maneh opo PKPM opo iku jarene pemerintah, trus mall e tutup piye? Toko ku lak mandeg, trus aku oleh opo nek gak nabung soko profitku iku?”

Jawab saya padanya, “Simple ae Bro, toko tutup ya mandeg, dan karyawanmu otomatis gak mbok gaji kan? Yo masalahe bukan nang awakmu thok tapi karyawanmu pun merasakan hal yang sama, coba pikirkan itu, pikirkan juga kalau karyawanmu itu mendoakan yang terbaik buat tokomu biar selalu bisa buka, karena mereka juga menggantungkan nasibnya pada tokomu iku, wis pikiren sek ae lah”.

Jawabnya pelan, “Iya bener juga ya Bro”.

Saya akhiri dengan, “Ya gini ae, nek misale kamu masih anggep ini belum pulih ya selamanya bisnismu nggak akan pulih, tapi kalau kamu bersikap bisnis mu sudah pulih dengan mengembalikan semua keadaan seperti sebelum pandemi, salah satunya dengan mengembalikan gaji karyawan-karyawan mu normal lagi, inget  ya Bro normal ini, bukan naikkan gaji karyawan lho, maka bisnis kamu akan normal lagi, wis gitu ae gampang e ya Bro.”

Dan kami akhiri pembicaraan kami, sore hingga malam itu dengan perbincangan lainnya selain bisnis yang beliau tanyakan kepada saya.

 

Mengapa hal-hal yang sedang saya geluti mengundang hal-hal yang sama dengan yang saya alami. Kadang Tuhan memang suka bercanda dengan sangat serius kepada umatNya.

 

Kita manusia kadang tidak paham dengan ‘CandaanNya’ sehingga kita suka mengeluh dan selalu bertanya kepadaNya “Mengapa begini Tuhan?”.

 

Selama kita masih bisa menertawakan diri kita sendiri sebenarnya kita bisa menerima candaanNya.

No comments:

Post a Comment

Waraz.

𝗜𝗡𝗚𝗜𝗡 𝗧𝗔𝗛𝗨 𝗧𝗘𝗡𝗧𝗔𝗡𝗚 𝗛𝗢𝗟𝗜𝗦𝗧𝗜𝗖 𝗛𝗘𝗔𝗟𝗜𝗡𝗚?𝗠𝗔𝗨 𝗕𝗘𝗟𝗔𝗝𝗔𝗥 𝗝𝗔𝗗𝗜 𝗛𝗢𝗟𝗜𝗦𝗧𝗜𝗖 𝗛𝗘𝗔𝗟𝗘𝗥? 👇👇👇 Baca...