24 April 2021
Tidak kurang tidak lebih, sesuai dengan yang seharusnya. Apa
takarannya? Sebenarnya kita tahu tapi karena terlalu sering mengabaikan maka
kita lupa seberapa cukupnya kita.
Seperti makan mie instan, satu kurang tapi dua kebanyakan.
Kembali lagi kepada pilihan kita, mending mana? Kelebihan atau kekurangan.
Semua pilihan adalah bebas, tapi tak pernah bisa bebas dari konsekuensi nya.
Entah sekarang atau nanti tapi intinya adalah keseimbangan semesta.
Kapan sebaiknya kita mengatakan cukup? Kita sendiri lah yang
menentukan nya.
Kelaparan sama nggak enaknya dengan kekenyangan. Yang enak ya
ketika lapar bisa makan, ketika kenyang bisa bersyukur. Selebihnya hanyalah
hasrat diri yang berakar dari masa lalu yang belum selesai.
Kalau saya ya Puji Tuhan dicukupkan. Selama diperjalankanNya,
saya mau.
Kenapa selalu rindu, padahal Engkau tak pernah kemana-mana,
Engkau meliputi ku, aku tinggal di dalam-Mu, tapi kenapa kok selalu timbul rasa
cemas ditinggalkan oleh-Mu?
Walaupun di keramaian... Rinduku selalu pada-Mu.
No comments:
Post a Comment