Hahaha…Hidup ini Memang untuk Ditertawakan
22 April
2021
Selama anda masih bisa menertawakan diri anda sendiri bahkan
hidup anda artinya anda menerima kehadiran Tuhan. Menerima ke-Ilahi-an Nya.
Seperti yang pernah dikatakan oleh Dr. David R. Hawkins di
dalam sebuah kuliahnya yang kelima “Conviction” tahun 2005. Di dalam sebuah
segmentasi yang diberi judul “Humor It's Of Divine Origin” yang bisa saya
artikan secara bebas adalah, “Humor itu berasal dari Keilahian”. Yang menurut
saya adalah, ketika seseorang masih bisa melihat ‘kelucuan’dari penderitaannya
adalah orang yang mampu melihat unsur keilahian di dalam semua hal. Tapi jangan
disalah artikan bahwa ini adalah orang yang konyol atau tidak tahu menempatkan
dirinya. Ini lebih kepada menertawakan dirinya sendiri ya, bukan menertawakan
orang lain atau bahasa kerennya sekarang disebut sebagai bullying.
"...you realize that life is an endless practical
joke..." begitu kata Dr. avid R. Hawkins di dalam kuliahnya. Ketika kita
bisa menyadari bahwa hidup ini adalah sebuah lelucon yang tiada hentinya maka
dengan sendirinya kita akan berhenti menyesali masa lalu dan berhenti
mengkhawatirkan masa depan. Maka kita hidup penuh di masa sekarang. Bukankah
kehidupan ini sudah selesai begitu diciptakan? Hanya saja kita menjalani
realitasnya hari-per-hari, jam-per-jam, menit-ke-menit, dan detik-per-detik.
Kekhawatiran dan ketakutan adalah buah akan ketidak-percayaan
kita kepada yang sudah dituliskan oleh-Nya?
Anda sendirilah yang menciptakannya, dan anda sendirilah yang
mampu meniadakannya.
Sama halnya dengan Sakit dan Kesembuhan, dua hal yang saling
terikat. Kalau sakit ya kita berkewajiban untuk berusaha sembuh, tetapi untuk
sembuh bukanlah wewenang kita, karena itu sudah menjadi kehendakNya. Mengapa
kita khawatir kalau nanti bisa sembuh atau tidak? Itu kan sudah menjadi
kehendakNya, tapi kita tetap harus berusaha untuk sembuh karena ini sudah
menjadi kewajiban kita ketika diberikan amanah olehNya untuk menjaga diri kita.
Beberapa kali saya menoleh kebelakang bukan untuk menangisi
masa lalu tetapi untuk menertawakannya. “Hehehe…kok isok yo aku koyok ngono…hahaha…”.
Maka selesailah penderitaan masa lalu saya yang dulu sempat menjadi ‘bahan’
kesedihan saya ketika sedang ‘down’.
Bahkan saat ini saya juga tertawa, ternyata ‘guyonanNya’
sangatlah serius.
Ingat juga bahwa ini bukanlah ‘represif’ maupun ‘satir’. Coba
saja kalau kamu nggak mau lega dan plong kayak saya.
Aku bukanlah semua yang ter-LABEL dan ter-SURAT di diri saya. Aku adalah aku, tiada yang lain selain aku.
No comments:
Post a Comment