09 April 2021
Iya benar, kita ini kebanyakan alasan, apapun itu, terutama
jika melakukan sesuatu yang tidak kita sukai.
Bahkan untuk menghentikan kebiasan buruk pun, kita masih
kebanyakan alasan. Begitu pun sebaliknya, ketika kita ingin berhenti dari
kebiasaan buruk, kita selalu perlu alasan. Mengapa hatus menunggu ada alasannya
dulu baru mau berhenti.
Hal ini sama seperti yang dulu saya alami ketika saya ingin
berhenti merokok.
Alasan saya waktu itu:
- Merokok itu mahal, berapa harga rokok sekarang, bisa dibelikan apa saja itu uangnya?
- Merokok itu tidak sehat, baik untuk kita sendiri maupun bagi second hand smoker (orang yang ikut menghirup asap rokok kita).
- Merokok itu menghabiskan waktu, kalau yang kita lakukan hanya merokok tanpa melakukan kegiatan lainnya, adapun merokok sambil melakukan kegiatan lainnya yang merugikan orang lain juga ada, misalnya merokok sambil naik motor, abunya kalau berterbangan masuk ke mata orang lain bisa bahaya itu.
4.
Yang
terakhir mungkin anda yang perokok bisa menambahkannya lagi, saya yakin anda
juga ingin bisa segera berhenti merokok.
Itulah beberapa alasan yang saya gunakan untuk berhenti
merokok pada saat itu. Kemudian bagaimana jika alasan-alasan yang saya gunakan
untuk berhenti merokok itu tidak ada? Ya pastinya saya akan merokok lagi.
Misalnya, saya baru dapat bonusan uang dari tempat saya kerja, maka alasan
nomer 1 yang saya tulis tadi sudah tidak ada lagi, lha wong saya punya uang
kok, ya jadi tidak mahal kan? Dan seterusnya apabila alasan-alasan saya untuk
berhenti merokok ternyata tidak berarti lagi, maka saya akan merekok lagi.
Kemudian bagaimana saya akhirnya bisa berhenti merokok? Ya
saya berhenti saja, pada saat itu, waktu itu, di hari itu saya tiba-tiba
berhenti merokok tanpa alasan tanpa kebanyakan penjelasan. “Saya berhenti
merokok ya karena saya berhenti merokok.”, dan selesailah saya dengan kebiasaan
saya merokok. Saya tidak mengatakan merokok itu buruk untuk anda, ini kan
cerita tentang saya bukan tentang kamu yang sedang baca tulisan ini, karena
saya yakin kamu nggak punya kebiasaan buruk kayak saya ini.
Itu adalah contoh kebiasaan buruk saya, yang Puji Tuhan
dengan ijin-Nya saya bisa berhenti melakukannya.
Bagaimana dengan kebiasaan buruk kita lainya? Kita sendirilah
yang menentukan kapan kita mau merubahnya, bukan faktor di luar diri kita bukan
lingkungan juga. Kita bebas menentukan pilihan kita, tetapi kita tidak bebas
pada konsekuensi yang terikat di dalam kebebasan itu.
Kemudian baik atau buruknya sebuah perbuatan bukan hanya
ditentukan oleh norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat di tempat kita
tinggal, tetapi juga berangkat dari hati nurani kita masing-masing, pantaskah
saya begini?
Pantes nggak sih saya begini?
No comments:
Post a Comment