8
Januari 2020
Manusia. Itulah kita, Mahkluk Ciptaan Tuhan yang diciptakan menurut
citraNya.....dan kita membangga-banggakan itu terus...sebagai penguasa dan
pemilik dunia, karena kita satu-satunya makhluk yang kasat mata yang memiliki
akal budi, budi pekerti, cipta, rasa dan karsa dan mampu menciptakan peradapan,
teknologi, mengolah hasil bumi sampai mengeksploitasinya....
Komunikasi
Manusia berkomunikasi melalui berbicara, tahukah anda kalau
manusia sudah ditanamkan dari sejak kita lahir bahwa satu-satunya cara
berkomunikasi dengan sesama manusia lainnya melalui berbicara, menggunakan
bahasa ibunya, yang dipahami bersama. Jika anda seorang ibu atau seorang ayah
yang mempunyai anak bayi, pasti ada suatu waktu di mana anda merasa ada sesuatu
yang tidak beres dengan anak anda? Setelah di cek, eh ternyata buang air, eh
ternyata nangis, eh ternyata lapar, eh ternyata sudah bangun dari
tidurnya....ada yang bilang “itu insting” ada yang bilang “Itu ikatan antara
orang tua dengan anak”, macam-macam teori dan dalih yang digunakan untuk
membenarkan ‘fenomena’ itu. Dan saya katakan bahwa itu adalah bentuk komunikasi
primordial (telepati) manusia terhadap manusia lainnya yang dilakukan oleh bayi
ini terhadap manusia di sekitarnya, nah karena yang ada di sekitarnya dan
memiliki kepekaan tinggi terhadap anaknya ya orang tuanya itu sendiri.
Komunikasi
Hewan
Karena manusia sudah terprogram bahwa bekomunikasi itu harus
berbicara atau menggunakan bahasa, maka manusia melupakan kemampuan berbicara
melalui telepati, padahal dari kandungan kita sudah dibekali dengan kemampuan
ini. Sama seperti hewan, mereka berkomunikasi dengan sesamanya menggunakan
telepati tidak menggunakan bahasa atau berbicara. Kalau kita lihat di beberapa
saluran TV yang menayangkan dokumenter mengenai hewan yang melakukan panggilan
untuk kawin atau panggilan untuk bertarung dengan sesama pejantan alfa....ini
sebenarnya sebuah panggilan atau seruan saja, tapi diantara mereka tetap
menggunakan komunikasi primordial tersebut.
Kemudian ada sebuah jurnal penelitian yang menuliskan bahwa
Paus (whale) saya tidak mengatakan bahwa Whale/paus adalah ikan karena mereka
sebenarnya adalah mamalia. Jadi di dalam jurnal itu mengatakan bahwa “The field
of perception for a whale is almost the entire ocean” yang artinya ketika Whale
menggunakan sonarnya, maka dirinya memetakan seluruh lautan dan mereka dapat
menerima panggilan dari whale(paus) lainnya dari ribuan kilometer jauhnya.
Dan dituliskan di situ bahwa suara whale dapat membuat
manusia yang mendengarkannya mampu meneteskan air mata kebahagiaan, tidak
dijelaskan karena apa, tetapi diketahui bahwa suara whale yang dikeluarkan
mampu menggetarkan seluruh lautan dan mampu memberikan vibrasi frekuensi tinggi
yang mampu memberikan efek penyembuhan dan memberikan manfaat baik bagi mahluk
lain yang ikut merasakan vibrasi dari whale ini.
Manusia sebagai
Spiritual Being
Sebelum kita (manusia) memiliki tubuh, apakah kita sudah
ada(eksis)? Apakah kita diciptakan bersama dengan tubuh kita?
Nah, untuk selanjutnya ini murni tulisan hasil intuisi saya
dari membaca dan belajar dari berbagai macam sumber.
Bahwa manusia diciptakan dari pertemuan sel sperma dan sel
telur yang kemudian memiliki nyawa (subtle energy) dan mampu mensupport
kehidupannya sendiri begitu mereka dilahirkan, artiya sudah tidak berhantung
lagi pada ari-ari induknya(ibunya). Nah kapan kita hadir? Ketika terbentuknya
janin, itu sebenarnya kita sudah ada, akan tetapi semuanya masih jalan dengan
auto pilot, dalam artian semuanya berjalan dengan meenggunakan otak reptil dan
otak limbik.....bisa tahu panas, dingin, sakit, senang, lapar dan haus. Yang
jalan hanya survival saja. Walaupun semuanya jalan dalam auto pilot, kita sudah
menyimpan memori, sudah menyimpan kenangan sensasi tertentu yang dialami oleh
janin maupun induknya, karena berbagi tubuh yang sama. Disini menegaskan
kembali mengapa hubungan antara Ibu dan anak kandungnya begitu kuat.
Jadi sebelum kita masuk ke dalam janin tersebut, sebenarnya
kita ini apa? Apakah kita sadar oleh kehadiran kita sebelum kita masuk ke dalam
janin tersebut? Jawaban yang saya pahami dan saya yakini selama ini bahwa kita
adalah Roh (Spirit) yang tak kasat mata (Spiritual Being). Kemudian pertanyaan
berikutnya, mengapa kita tidak ingat apa-apa sampai kita berumur 5-7 tahun?
Karena yang kita akses adalah otak manusia yang belum sepenuhnya berkembang,
dan baru usia 5-7 tahun, otak manusia berkembang dengan sempurna dan di usia
12-14 tahun mereka mulai menyadari keberadaannya, oleh karena kenapa anak
remaja memiliki kecenderungan untuk memberontak, ini sangat alami karena mereka
mulai menyadari keberadaaanya di dunia ini, hanya perlu didampingi dan
dibimbing saja untuk melewati fase ini.
Kembali lagi ke Spiritual Being.....jadi pada dasarnya kita
ini ‘Spiritual Being’ dengan pengalaman di dalam tubuh ‘Human Bieng’. Sudah
mulai paham mengapa kadang anda merasa melihat sesuatu di sudut mata anda
tetapi ketika menoleh anda tidak melihat siapa-siapa? Kalau anda paham ini
sebenarnya anda paham bahwa anda melihat sebagai Spiritual Being yang sedang
melihat Spiritual Being lainnya.
Pertanyaannya berikutnya, kalau anda dan saya adalah
Spiritual Being, sebenarnya anda dan saya tidak bisa sakit kan? Yang sakit kan
tubuhnya, human beingnya, tetapi spirit nya kan tidak sakit. Kesalahan yang
kerap terjadi adalah kita mengidentifikasikan diri kita sebagai Human Being,
keterbatasan kita sebagai manusia yang menderita. Nah ketika kita melakukan
salah identifikasi ini maka kita terperangkap di dalam keterbatasan tubuh
manusia, kita mulai membatasi kemampuan kita sesuai hukump-hukum fisika sebagai
layaknya human being. Berpola seperti sebuah looping, akhirnya terjebak pada
logika kasualistik.
Apa yang
bisa kita lakukan sebagai Spiritual Being?
Banyak hal....mulailah belajar berkomunikasi dengan sesama
menggunakan hanya pikiran saja, coba latihan mengirimkan informasi kepada orang-orang
terdekat anda. Pertajam intuisi anda dengan sering melatih ‘first impression’
terhadap suatu hal, karena kesan pertama yang muncul adalah yang murni adanya.
Kalau orang jaman dahulu bilang ada yang namanya ‘firasat’,
sekarang coba dilatih bila menerima firasat yang buruk, coba dibayang firasat
tersebut dengan kejadian yang berbeda dengan probabilitas yang berbeda ciptakan
sesuai yang baik dan indah, latihlah itu. Karena bagian dari spiritual being
adalah mencipta dan kita tidak terbatas pada pikiran dan tubuh kita.
Latihlah melihat sesuatu tidak dengan mata, latihlah
merasakan sesuatu tidak dengan menggunakan panca indera kita.
Sampai di sini semuanya terdengar seperti supranatural ya?
Terdengar seperti klenik? Tidak masuk akal? Parahnya lagi ‘mengungguli Tuhan’.
Stop, saya hentikan pikiran anda yang ‘ke sana’, kalau Tuhan
tidak mengijinkan kita melakukan hal-hal tersebut tadi, maka tidak seharusnya
kita dibekali kemampuan itu tadi bukan? Terlepas kita melakukannya untuk apa,
saya rasa selama kita melakukannya dalam batasan kebaikan dan hanya kebaikan
saja yang kita lakukan maka semunya sudah sesuai dengan ijin dan kehendak dari
Tuhan.