Sunday, June 9, 2024

Waraz.


π—œπ—‘π—šπ—œπ—‘ 𝗧𝗔𝗛𝗨 π—§π—˜π—‘π—§π—”π—‘π—š π—›π—’π—Ÿπ—œπ—¦π—§π—œπ—– π—›π—˜π—”π—Ÿπ—œπ—‘π—š?𝗠𝗔𝗨 π—•π—˜π—Ÿπ—”π—π—”π—₯ π—π—”π——π—œ π—›π—’π—Ÿπ—œπ—¦π—§π—œπ—– π—›π—˜π—”π—Ÿπ—˜π—₯?


πŸ‘‡πŸ‘‡πŸ‘‡

Baca eBook persembahan BANYUMILI ini saja dulu 😊😎.

Pratinjaunya bisa dibaca di sini:

Klik disini


Tapi kalau mau dapetin eBooknya, scan aja QRnya, atau ikuti tautan ini ya ...

Isi Form dulu di sini



πŸ’ͺπŸ˜‡β€πŸ‘πŸ™


#banyumili #jareku #ebook

#waraz #holistichealing #holistichealer

#beyou #believeinyourself #selfhealing

#beaholistichealer #consciousness #awareness

#selaras #kesadaran #sedulurpapat #pancer

Tuesday, May 31, 2022

Luka dan Waktu.

30 Juni 2022

Luka fisik pada tubuh akan sembuh seiring dengan berjalannya waktu, kerena begitulah anugrah-Nya menciptakan kesembuhan pada tubuh kita ini agar mampu pulih seiring dengan berjalannya waktu. 

Begitu pula dengan luka batin, akan sembuh dengan sendirinya seiring berjalannya waktu, kalaupun belum sembuh, seiring berjalannya waktu kita akan melupakannya. Lupa karena memory kita sudah tertimbun dengan memory - memory baru yang lebih baik atau bahkan yang lebih buruk. Atau di beberapa kasus terjadi 'deletion' akibat trauma yang mendalam.

Inilah cara subconscious mind kita untuk melindungi diri kita sendiri dari trauma itu sendiri. Ini kabar baik buat diri kita yang mengalami hal seperti ini, jadi tidak akan ingat terus. 

Kabar buruknya, memory ini akan sangatlah mungkin datang atau muncul kembali apabila terjadi stimulus response yang tepat atau trigger yang pas. Bahkan sangatlah mungkin muncul responnya tanpa kita sadari bahwa ini timbul karena peristiwa yang belum terselesaikan. Bisa jadi malah tidak ingat peristiwanya, tiba-tiba saja sedih, tiba-tiba saja marah, ini yang terkadang tidak disadari.

Tapi, apakah kita harus tahu peristiwanya? Tidak juga harus tahu, kadang hanya tahu rasa saja yang tidak enak bisa dengan di interupsi melalui Tapping kesadarannya. Nanti biasanya akan timbul dengan sendirinya peristiwa itu bagi yang bisa mengalami dan menyadarinya. Dengan menyadari saja bahwa kita mengalami peristiwa itu dan perasaan yang ditimbulkan pada saat itu saja sudahlah cukup, apalagi bisa sampai mengakui bahwa dirinya pada saat itu mengalami hal itu.

β€œYa saya pada saat itu terluka.” Itu sudah cukup. Terima jiwa kita yang pada saat itu terluka, agar tidak selalu menagih janji apabila peristiwa semacam ini datang kembali.

Percaya atau tidak, saya pernah juga mengalami hal yang sama seperti ini, mungkin beberapa kali, mungkin juga anda pernah mengalaminya, baik itu yang disadari maupun yang tidak.

Foto Kenangan Rumah dan Mendiang Ibu.  

Jadi seperti pada gambar yang ada bersamaan dengan artikel ini, di situ ada gambar rumah orang tua saya yang dibeli guna tujuan investasi, yang nantinya akan dijual apabila nilainya sudah bertambah. Pertama kali membelinya ketika tahun 90an, dan kemudian dijual di awal tahun 2000an.

Tapi peristiwa ini bukanlah mengenai riwayat dari rumah itu, melainkan kenangan yang tercipta akibat dari pengalaman yang saya alami dan rasa yang saya rasakan ketika terjadi peristiwa itu. Jadi peristiwanya atau eventnya adalah, ketika rumah itu dijual dan sudah terjual, dan kebetulan ruamh itu sudah ada perabotannya, kasur, kursi, lemari dan barang – barang lainnya (karena rencananya tidak akan dijual tetapi akan dibuat sebagai rumah singgah). Nah, pada saat mengosongkan rumah itu kami ber-empat, saya, adik saya dan kedua orang tua menyewa kendaraan rental berupa mobil-bak-terbuka (Mobil Pickup) untuk memudahkan pemindahan barang-barang yang ada di rumah itu.

Sesampainya di sana kami mulai memuat mobil-pickup itu dengan barang-barang yang akan dibawa pulang ke rumah utama kami, setelah seluruh barang sudah termuat ke dalam mobil-pickup tersebut, saya diberi tugas oleh Bapak saya untuk mengawal mobil itu agar selamat sampai di rumah. Awalnya saya sempat protes karena merasa hal tersebut tidak perlu dan saya percaya bahwa pemilik mobil-pickup itu tidak akan β€˜lari’ dan membawa barang-barang yang sudah dimuat ke dalam bak kendaraannya. Tapi saya tidak bisa memberikan fakta yang tepat untuk mengubah pendirian Bapak saya, alhasil saya tetap mendapat tugas untuk mengawal pengiriman barang itu hingga tiba sampai di rumah utama kami. Kalau bisa dibayangkan itu jaraknya lumayan jauh karena termasuk berada di kota lain dari tempat tinggal kami. Dan pada saat itu perjalan saya menuju rumah tidak bisa ditempuh lewat jalan Toll karena muatan yang kami bawa waktu itu tidak diijinkan untuk melalui jalan Toll.

Singkat cerita beberapa masalah mulai timbul karena jiwa saya pada saat itu merasa tidak terima dengan keputusan yang β€˜memaksa’ saya untuk menerima kenyataan bahwa saya harus naik di dalam mobil-pickup, walaupun tidak duduk di bak mobil (untungnya) saya duduk di sebelah pemilik mobil, tapi karena cuacanya panas dan perjalanan lumayan jauh saya merasa pada saat itu cukup menderita karena merasa kenyamanan saya terganggu, sudah biasa naik mobil ber-AC sekarang harus naik mobil tanpa AC di siang hari yang panas-terik dan mobil yang saya tumpangi ini kecepatannya tidak bisa lebih dari 60 km/jam karena membawa muatan itu tadi.

Tidak nyaman, tidak terima, marah dan jengkel membuat semakin menjadi ketika sampai di rumah. Mengapa begitu? Karena yang tadinya memuat barang-barang ini bersama-sama dengan Bapak saya, adik saya, saya dan pemilik mobil rental. Sekarang menurunkan barangnya hanya berdua saja, saya dan pemilik mobil rental ini. Ya masih untung pemilik mobil sewaan ini masih mau menurunkan barangnya bersama saya. Padahal awalnya saya ingin menunggu kedatangan Bapak saya dan adik saya yang seharusnya sudah sampai dari tadi (secara logika harusnya sudah sampai duluan karena bisa naik Toll dan kecepatan bisa sampai 100km/jam). Nyatanya saya yang sampai duluan adalah saya, dan setelah ditunggu sampai sekitar 30 menitan tidak datang juga, akhirnya pemilik mobil-pickup memutuskan untuk menurunkan barang-barangnya karena tidak mungkin menunggu lebih lama lagi. Dan lagi-lagi saya terjebak pada posisi tidak bisa memiliih, persaan yang tadi sudah tidak nyaman, semakin ditambah dengan hal seperti ini, ya semakin menjadi-lah.

Setelah menurunkan barang-barang yang terhitung cukup berat menurut saya pada waktu itu dengan keadaan perut lapar karena belum makan siang dan saya tidak dibekali uang untuk membeli makan hanya uang pas untuk membayar sewa kendaraan dan membayar jasa dari pemilik mobil rental kendaraan, hanya air putih dingin yang bisa saya suguhkan kepada Bapak pemilih mobil sewaan yang baik hati karena mau melakukan pekerjaan di luar harga sewa kendaraanya saja.

Sekitar 2-3 jam dari selesainya bongkar-muatan dan memberikan uang kepada pemilik mobil sesuai dengan kesepakatan awal (walaupun sebenarnya saya ingin memberi lebih tetapi saya pada saat itu tidak punya kemampuan untuk bisa memberi lebih). Datanglah orang tua saya bersama dengan adik saya sekitar jam 3 sore. Dan karena sudah menunggu lama dan lapar (berharap dapat oleh-oleh makanan). Yang ada hanya β€˜nothing’…. Iya nggak ada apa-apa, jadi orang tua saya lupa membelikan saya makanan, padahal sempat mampir lama di sebuah depot makanan yang terkenal di daerah sana dan makan di sana.

Inilah yang membentuk β€˜jiwa’ yang tidak terima ketika gambar, suara, cerita, dan flash memory yang muncul mengakibatkan β€˜rasa sakit’nya timbul kembali. Jiwa saya yang mengalami kejadian nelongso itu pasti akan muncul lagi. Bahkan kalau saya makan di depot yang saya ceritakan tadi itu, pasti saya teringat pada peristiwa ini. Jiwa saya yang tidak terima diperlakukan seperti itu pasti akan muncul terus.

Tetapi kemarin ketika gambar ini di-share di group keluarga kami, saya berhasil menemui β€˜jiwa-yang-tidak-terima’ ini kembali, bukan dengan menolaknya, tapi saya berusaha menyadarinya dengan mengakui. β€œIya, pada saat itu saya terluka, saya menerima diri saya yang terluka, karena memang itu kenyataanya.” Setelah itu selesai. Bahkan dengan menulis ini saya masih menemui jiwa-jiwa saya yang terluka, yang marah, yang sakit. Tetapi saya tidak menolaknya, saya rangkul dan saya terima jiwa-jiwa saya itu. Karena saya bukan jiwa yang tercipta dari peristiwa traumatis. Tapi karena saya adalah SAYA.

Bagaimana dengan anda, mungkin dengan menuliskan pengalaman β€˜traumatis’ anda di kolom komentar bisa membuat anda β€˜berdamai’ dengan jiwa-jiwa anda yang masih belum bisa β€˜terima’?

Monday, July 12, 2021

Cara yang Mudah.

 16 Juni 2021

 

Di dunia dualitas ini hanya ada dua cara saja, Cara yang Mudah atau Cara yang Benar. Tidak bisa keduanya, jika dilihat kontennya.

 

Kali ini saya akan ajak bahas sesuatu yang agak serius, karena sama seperti-Nya, walaupun guyonan tapi selalu serius Guyonan-Nya.

 

Mari kita belajar (lagi) mengenai Skema Ponzi (Ponzi Scheme), pemahaman saya terhadap Skema Ponzi adalah, sebuah penipuan berkedok investasi (uang) yang menjanjikan keuntungan besar dengan modal kecil dan risiko yang kecil juga. Yang pada dasarnya adalah memberikan keuntungan pada investor melalui uang hasil invest dari investor yang baru (mulai mikir). Semakin banyak insvestornya maka keuntungan yang dijanjikan akan semakin besar, apalagi kalau si investor mencari investor-investor baru yang menggunakan sistem β€œmember get member”. Dengan janji bila bisa mendapatkan downline yang banyak akan memperoleh return yang lebih besar.

 

Ciri-ciri Skema Ponzi:

  1. Return yang tinggi atau keuntungan yang tinggi dengan risiko yang rendah atau bahkan tanpa risiko.
  2. Keuntungan yang konstan dan bahkan berlebih, karena pada dasarnya kalau bicara investasi itu mengikuti kondisi ekonomi dan perdagangan yang pastinya memiliki grafik yang naik turun dan tidak konstan.
  3. Tidak terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ini biasanya mereka mengatakan sedang dalam proses mengajukan ijin kepada OJK, nyatanya akan proses terus. Karena pasti jika memang resmi pastinya mereka harus punya ijin operasi oleh OJK. (silahkan me-refer kepada situs resmi OJK, lembaga mana saja yang memiliki ijin operasi, termasuk perbankan).
  4. Selain tidak terdaftar, mereka biasanya juga tidak memiliki ijin atau jualannya diam-diam dari mulut ke mulut, melalui kelompok-kelompok kecil, melalui komunitas, group WA, group FB. Dan tidak pernah ada publikasinya di media massa manapun. Dan biasanya mencatut nama-nama selebritas atau tokoh masyarakat atau mengaku kalau dari anak perusahaan-perusahaan terkenal.
  5. Cara-cara penyebarannya rahasia, dengan mengatakan biar tidak banyak yang tahu, biar keuntungannya tetap besar. Dengan mengatakan ini hal baru dan belum banyak yang tahu maka bisa menghasilkan keuntungan yang sangat besar. Bahkan cara menjadi anggotanya sedikit dipersulit agar calon anggota investornya semakin tertarik untuk menanamkan uangnya.
  6. Bermasalah dengan pelaporan keuangan atau pelaporan pembukuannya. Ini sering bisa kita amati apabila mereka kesulitan untuk menunjukkan laporan pergerakan investasi kita sebagai investor. Ini bisa menjadi pertanda bahwa uang kita tidak sedang di investasikan, melainkan hanya diputar-putar saja.
  7. Susah cairnya, penipuan macam ini biasanya susah sekali kalau kita ingin menarik uang kita sendiri, biasanya mereka cenderung untuk memberikan penawaran yang lebih menarik lagi apabila kita mau tetap menanamkan modal atau invest terus bersama mereka. Mungkin mereka bisa menunjukkan uang cash di depan kita hanya kalau kita mau tetap menanamkan modal di organisasi mereka.

 

Apakah anda pernah mengalaminya? Atau kenal seseorang yang pernah mengalaminya? Saya pernah mengalaminya sendiri, bukan sebagai investornya tetapi juga ikut mengalami β€œhawa” susahnya, karena korbannya adalah orang tua saya sendiri, ketika saya belum memiliki pengetahuan mengenai Skema Ponzi ini. Sekarang saya tahu dan paham.

 




Di jaman seperti ini apakah masih ada?

Tentu saja masih, bahkan sekarang berkedok aplikasi yang dengan mudahnya kita unduh dan install di smartphone kita.

 

Awalnya coba-coba, kemudian keterusan. Cirinya seperti itu, dengan iming-iming bonus β€œuang” (walaupun virtual) kata aplikasinya bisa ditarik ke dalam aplikasi uang virtual juga bahkan ke rekening bank juga.

 

Awalnya ingin main-main saja mengisi waktu luang, kemudian ada tawaran apabila β€œhasil” dari usaha kita menjalankan β€œmisi-misi” yang ada di aplikasi baik itu sekedarmemainkan game, membuka video sampai dengan melihat iklan-iklan yang ditampilkan oleh aplikasi kita tersebut, maka kemudian kita di iming-iming untuk menjadi anggota VIP atau mendaftar menjadi member β€œPlatinum” dengan janji keuntungan yang lebih banyak dan lebih besar. Murah saja kok, kisaran 50 ribu hingga 200 ribu saja. Maka kita bisa membayangkan hasil yang berlipat dan lebih banyak.

 

Nah, apa ini namanya kalau bukan β€œInvestasi” juga yang pastinya juga bukan investasi resmi. Nanti pada saatnya uang sudah kita masukkan ke dalam aplikasi tersebut dan perolehan kita sudah banyak, pasti ada saja penawaran-penawaran yang lebih menarik yang di desain sedemikian rupa hanya untuk anda saja (sepertinya hanya anda satu-satunya yang beruntung mendapatkan kesepatan langka seperti ini). Sampai pada titik dimana kita membutuhkan uang itu, kemudian benar-benar ditarik dalam jumlah yang lumayan besar, baru kita sadar bahwa kita sudah tertipu dan menjadi kaki-tangan dari penipu itu karena sudah mengajak teman, saudara bahkan orang tua kita untuk ikutan di dalam aplikasi yang kita gunakan ini.

 

Kalau anda sekarang sudah pernah mengalami yang seperti ini atau sedang menjalani β€œaplikasi” ini, tidak perlu disesali, tidak perlu membela diri dengan beribu alasan, karena kita sekarang tidak sedang β€œbanyak-banyakan benar”. Sekarang kita sedang mengakui kekurangan kita, mengakui kekeliruan kita, mengakui bahwa kita keliru mengambil keputusan.

 

Bagi sudah pernah belajar Tapping, segera di tapping biar kesadarannya meningkat, bagi yang belum pernah Tapping, silahkan sadari nafas dulu, tarik perlahan, kemudian hembuskan secara perlahan, sambil diamati siapa ini yang sedang bernafas. Siapa ini yang sudah membuat kekeliruan, sadari saja, akui saja, diterima saja, dan dicintai, karena itu merupakan badian dari kita juga.

 

Nah, pirtinyiinyi (pertanyaannya) mengapa kok kita mudah sekali tertarik dengan hal-hal yang sifatnya β€œmudah” ini? Ya itulah manusia dengan default nya, kita semua dilahirkan dengan seperangkat default bawaan yang intinya adalah β€˜survival’ alias bertahan hidup. Ini kalau tidak disadari (dalam mode autopilot) maka akan menjadi keseharian kita. Setiap saat berlomba menjadi β€œyang paling” entah paling apa itu namanya, tapi intinya sama, survival, biar tidak β€œtiada”. Intinya kita didesain untuk β€œtakut mati”. Saya tidak mengatakan kalau ini salah, tetapi kalau seumur hidup kita hanya hidup karena β€œtakut mati” takut nggak kebagian, takut rugi, takut kelihatan jelek di depan orang lain, dan banyak β€œtakut” lainnya.

 

Dan kebiasaan kita yang mau mudahnya ini yang sebenarnya menutupi β€˜kesadaran’ kita menutupi siapa diri kita yang sejati, karena hanya menuruti hasrat diri saja, tanpa benar-benar sadar dengan apa yang kita lakukan. Berjedalah sebentar sebelum melakukan sesuatu. Sediakan waktu untuk untuk hening sejenak.

 

Default = hasrat diri, kuatkan diri kita yang sejati dengan Tapping (C-EFT).

 

Jadi mau pilih yang mana ini? Yang Mudah atau yang Benar?

Friday, April 30, 2021

Harga.

30 April 2021


Apa sih harga itu?


Apakah sama dengan label?


Kenapa kita lebih memilih dihargai daripada dilabeli?


Kenapa kita lebih memilih dihargai daripada menghargai? 


Ini sebenarnya kesalahan makna karena bahasa Indonesia menggunakan kata yang sama untuk respect dengan price, jadi satu dengan kata 'harga'.


Jadi respect tidak sama dengan price, dan respect bukanlah label.


Respect lebih kepada penghormatan (biasanya disebut meng'harga'i). 


Kemudian respect itu, given? Earned ? Atau Must? 


Jawabannya adalah ketiga-tiganya. 


Given. 

Ketika kamu adalah keturunan bangsawan, atau ningrat. Jadi ini diberikan secara cuma-cuma karena merupakan hak dari sebuah sistem sosial dan budaya yang ada di masyarakat. 


Earned. 

Ketika respect didapatkan karena kamu melakukan sesuatu yang memang 'pantas' untuk memperolehnya. Artinya ini tidak serta merta diberikan secara cuma-cuma. Ini hanya diberikan kepada orang-orang yang benar-benar pantas mendapatkan nya. Contohnya pahlawan kemerdekaan, pahlawan perjuangan apapun itu, para patriot bangsa, martir, pekerja sosial nirlaba, sukarelawan dan orang-orang yang melakukan kebaikan - kebaikan tanpa ingin diketahui oleh orang lain selain dirinya sendiri. 


Must

Ini diberikan karena sebuah norma yang berlaku. Misalnya, diberikan kepada Orang tua, guru, pengajar, orang yang lebih tinggi posisi sosialnya, dan sistem subordinasi yang mendukung terjadinya hal ini.


Ujung-ujungnya kembali lagi kepada labeling, ketika perbuatan mulai dikelompokkan maka akan menjadi sebuah sistem. 


Oleh karena kalau mau berbuat baik tidak perlu ada alasannya. Ketika ada alasannya itu bukanlah hal yang murni, karena ada alasan dan harapan atau ekspektasi dari perbuatan baik itu. 


Ada juga yang maksudnya ingin berbuat baik, tetapi karena caranya tidak baik, tentu saja akhirnya menjadi tidak baik pula. Pun demikian dengan perbuatan baik yang didasari oleh pengakuan atau eksistensi diri. 


Biasanya perbuatan itu dipamerkan, maaf bahasa saya kasar. Kita re-frame lagi. 


Biasanya perbuatan itu di 'dokumentasikan' dan di upload ke media sosial. Ya sudah ini pada dasarnya sudah selesai karena tujuannya bukan melayani semesta tetapi melayani diri sendiri. 


Jangan khawatir, saya sendiri juga belum bisa kok, kadang saya juga masih mempertimbangkan pamrih. Karena hanya Tuhan lah yang tanpa pamrih. Tetapi paling tidak, kita bisa menyadari dan mengamati nya. Itu cukup, selebihnya keputusan ada di diri sendiri. 


Kembali lagi ke pertanyaan awal. Apakah kamu lebih memilih dihargai atau menghargai? 



Kalau saya terserah mau dihargai berapa. Yang penting saya menghargai orang lain seperti saya menghargai diri saya sendiri.


Semoga paham dan nggak bikin baper (bagi yang gampang baperan).

Ini Pun, Tak Akan Lama.

28 April 2021


Yang namanya sedih itu biasanya cuma sebentar, begitu pula dengan senang, biasanya juga nggak akan lama.

Lama atau sebentar itu sebenarnya relatif. Kalau nonton film yang kita tunggu-tunggu dengan durasi hampir 3 jam, menurut saya itu sebentar. Tapi kalau nunggu di antrian mau ke CS Bank tertentu, pasti nya 30 menit saja sudah terasa lama.


Jadi apapun itu tidak ada yang abadi, semuanya cuma 'sebentar' saja. Kemudian akan digantikan dengan yang lainnya.

Jadi hidup itu seperti air, tidak benar benar statis. Selalu dinamis, tergantung kita mau ngintir atau kintir. Ada kala nya berhasil seperti yang kita mau, ada kalanya gagal tidak seperti yang kita mau. Yang pasti tidak bisa selalu seperti yang kita mau.



Saya pernah tidak bisa menerima beberapa kenyataan bahwa saya merasa diperlakukan tidak adil oleh keadaan. Tapi kenyataan nya... Itu hanyalah sebuah fase dari sebuah rasa, karena jiwa ini hanyalah sebatas rasa bukan?

Seperti hal nya rasa manis tidak akan terasa benar-benar manis kalau kita tidak pernah merasakan yang pahit. Mana kita tahu kalau ini manis padahal kita belum tahu rasanya pahit?


Darimana kamu tahu kalau itu gelap sedangkan kamu sendiri belum merasakan terang?


Kadang kita tidak bisa hanya menerima informasi dari pengalaman subyektif dari orang lain. Kadang secara bawah sadar, kita 'ingin' merasakan pengalaman itu sendiri.


Ada kalanya kita pernah merasakan nya, tapi kita lupa bagaimana rasanya, sehingga secara tidak sadar kita mengulang nya kembali, kita ingin merasakan lagi 'rasa' itu. Itulah yang membedakan kita dengan keledai.


Karena ada pepatah mengatakan :

"Bahkan Keledai pun tidak akan terperosok di dalam lubang yang sama.".


Lha tapi kan kita manusia, bukan keledai. 😁


Sekali sekali tidak apalah, mengulang 'hal' yang sama 🀭.


Ini pun tak akan abadi, suatu saat media sosial akan dilarang, dan apa yang saya tuliskan bisa dihapus atau hilang.


Tapi tidak dengan apa yang saya tulis. 

Monday, April 26, 2021

Secukupnya.

24 April 2021

 

Tidak kurang tidak lebih, sesuai dengan yang seharusnya. Apa takarannya? Sebenarnya kita tahu tapi karena terlalu sering mengabaikan maka kita lupa seberapa cukupnya kita.

 

Seperti makan mie instan, satu kurang tapi dua kebanyakan. Kembali lagi kepada pilihan kita, mending mana? Kelebihan atau kekurangan. Semua pilihan adalah bebas, tapi tak pernah bisa bebas dari konsekuensi nya. Entah sekarang atau nanti tapi intinya adalah keseimbangan semesta.

 

Kapan sebaiknya kita mengatakan cukup? Kita sendiri lah yang menentukan nya.

 

Kelaparan sama nggak enaknya dengan kekenyangan. Yang enak ya ketika lapar bisa makan, ketika kenyang bisa bersyukur. Selebihnya hanyalah hasrat diri yang berakar dari masa lalu yang belum selesai.



Kalau saya ya Puji Tuhan dicukupkan. Selama diperjalankanNya, saya mau.

 

Kenapa selalu rindu, padahal Engkau tak pernah kemana-mana, Engkau meliputi ku, aku tinggal di dalam-Mu, tapi kenapa kok selalu timbul rasa cemas ditinggalkan oleh-Mu?

 

Walaupun di keramaian... Rinduku selalu pada-Mu.

Friday, April 23, 2021

 Hahaha…Hidup ini Memang untuk Ditertawakan

 

22 April 2021

 

Selama anda masih bisa menertawakan diri anda sendiri bahkan hidup anda artinya anda menerima kehadiran Tuhan. Menerima ke-Ilahi-an Nya.

 

Seperti yang pernah dikatakan oleh Dr. David R. Hawkins di dalam sebuah kuliahnya yang kelima β€œConviction” tahun 2005. Di dalam sebuah segmentasi yang diberi judul β€œHumor It's Of Divine Origin” yang bisa saya artikan secara bebas adalah, β€œHumor itu berasal dari Keilahian”. Yang menurut saya adalah, ketika seseorang masih bisa melihat β€˜kelucuan’dari penderitaannya adalah orang yang mampu melihat unsur keilahian di dalam semua hal. Tapi jangan disalah artikan bahwa ini adalah orang yang konyol atau tidak tahu menempatkan dirinya. Ini lebih kepada menertawakan dirinya sendiri ya, bukan menertawakan orang lain atau bahasa kerennya sekarang disebut sebagai bullying.

 


"...you realize that life is an endless practical joke..." begitu kata Dr. avid R. Hawkins di dalam kuliahnya. Ketika kita bisa menyadari bahwa hidup ini adalah sebuah lelucon yang tiada hentinya maka dengan sendirinya kita akan berhenti menyesali masa lalu dan berhenti mengkhawatirkan masa depan. Maka kita hidup penuh di masa sekarang. Bukankah kehidupan ini sudah selesai begitu diciptakan? Hanya saja kita menjalani realitasnya hari-per-hari, jam-per-jam, menit-ke-menit, dan detik-per-detik.

 

Kekhawatiran dan ketakutan adalah buah akan ketidak-percayaan kita kepada yang sudah dituliskan oleh-Nya?

 

Anda sendirilah yang menciptakannya, dan anda sendirilah yang mampu meniadakannya.

 

Sama halnya dengan Sakit dan Kesembuhan, dua hal yang saling terikat. Kalau sakit ya kita berkewajiban untuk berusaha sembuh, tetapi untuk sembuh bukanlah wewenang kita, karena itu sudah menjadi kehendakNya. Mengapa kita khawatir kalau nanti bisa sembuh atau tidak? Itu kan sudah menjadi kehendakNya, tapi kita tetap harus berusaha untuk sembuh karena ini sudah menjadi kewajiban kita ketika diberikan amanah olehNya untuk menjaga diri kita.

 

Beberapa kali saya menoleh kebelakang bukan untuk menangisi masa lalu tetapi untuk menertawakannya. β€œHehehe…kok isok yo aku koyok ngono…hahaha…”. Maka selesailah penderitaan masa lalu saya yang dulu sempat menjadi β€˜bahan’ kesedihan saya ketika sedang β€˜down’.

 

Bahkan saat ini saya juga tertawa, ternyata β€˜guyonanNya’ sangatlah serius.

 

Ingat juga bahwa ini bukanlah β€˜represif’ maupun β€˜satir’. Coba saja kalau kamu nggak mau lega dan plong kayak saya.

 

Aku bukanlah semua yang ter-LABEL dan ter-SURAT di diri saya. Aku adalah aku, tiada yang lain selain aku.

Waraz.

π—œπ—‘π—šπ—œπ—‘ 𝗧𝗔𝗛𝗨 π—§π—˜π—‘π—§π—”π—‘π—š π—›π—’π—Ÿπ—œπ—¦π—§π—œπ—– π—›π—˜π—”π—Ÿπ—œπ—‘π—š?𝗠𝗔𝗨 π—•π—˜π—Ÿπ—”π—π—”π—₯ π—π—”π——π—œ π—›π—’π—Ÿπ—œπ—¦π—§π—œπ—– π—›π—˜π—”π—Ÿπ—˜π—₯? πŸ‘‡πŸ‘‡πŸ‘‡ Baca...