Mulai ditulis 11 Oktober 2019 diselesaikan 14 Oktober 2019
Baca judulnya saja pasti kita mikir,
“Kok bisa?”, padahal ada motto yang sering didengungkan “Everyone for Himself”
yang bisa diartikan secara bebas adalah “Semua orang bertanggung jawab atas
dirinya masing-masing”.
“Aku yo aku”, “Kamu yo kamu”. Istilah
ini kerap dihubungkan dengan EGO State kita masing-masing, seberapa besar kita
mempertahankan ego kita ya segitu juga kita memberi makan Force ini untuk terus
berkembang.
Jika di-analogi-kan, maka kita bisa
bayangkan kehidupan itu seperti air dikolam yang tenang, begitu kita lempar
batu ditengahnya maka akan ada gelombang air yang bergerak dari tempat kita
lempar batu itu ke seluruh permukaan air di kolam itu.... Artinya sekecil
apapun perbuatan kita di dunia ini akan mempengaruhi dunia di masa depan. Jadi
bisa disimpulkan seperti ini, apa yang kita alami sekarang adalah produk dari
yang kita lakukan dulu. Pernah kah anda menonton film dengan tema perjalanan
waktu? Di situ biasanya digambarkan bahwa ketika berjalan ke masa lalu tidak
boleh merubah apapun itu, karena itu akan merubah masa depan, berdasarkan teori
selimut kosmik itu, bahwa sekecil apapun itu perbuatan kita di masa lalu akan
berdampak pada kita di masa sekarang dan di masa depan.
Nah ini artinya kita masih terjebak
pada Ruang dan waktu yang sifatnya spasial dan serial. Sehingga kita cenderung
sering menyalahkan diri kita sendiri seperti frase yang sering kita dengar “Salah
apa saya dulu, kok saya bisa dihukum seperti ini?”, “Dulu saya pernah berbuat
salah apa sehingga saya menerima kesialan ini?” kemudian biasanya diikuti oleh
pecarian sumber kesalahan dan mulai menyalahkan susu yang sudah tumpah, “Nek
mbiyen aku gak dipekso mlebu Teknik, pasti aku saiki wis dadi dokter”, “Dulu
misalnya kalau aku terima kerjaan di tempat itu pasti aku sudah jadi Kepala
Cabang”, kalau...kalau....andai....andai....misalnya.....jikalau..... segala
mcam penyesalan yang kita ucapkan berusaha menyalahkan keputusan kita yang
salah dan tidak mau mengakui kepemilikan kesalahan itu adalah kita sendiri dan
secara konstan dan terus-menerus menyalah diri kita sendiri dan membuat diri
kita menjadi orang yang tidak berharga.
Pertanyaannya adalah apakah kita akan
berlarut-larut pada kejadian yang sudah terjadi dan terlewatkan? Ataukah kita
akan menggunakan sisa waktu kita di dunia ini untuk melakukan kebaikan untuk
masa depan kita? Coba renungkan sejenak..........
Baik, bagaimana sekarang menurut
anda?
Terus bagaiman dengan kesalahan yang
dahulu pernah kita lakukan? Sadari kesalahan itu, akui, maafkan dan jangan
diulangi lagi, lakukan kebaikan untuk sesama bukan untuk menebus kesalahan
anda, lakukan tanpa syarat, lakukan tanpa alasan biar kita lapang jalannya lah,
biar gampang nantinyalah....itu syarat, itu beban, itu harapan terhadap
perbuatan baik kita....Berbuat baik itu sama halnya dengan *maaf* buang hajat,
kalau seudah selesai, siram dan ditinggal, kita nggak pernah tanya-tanya lagi
soal itu. Seperti itu dan semudah itu. Sehingga kalau datang masalah kita tidak
akan menyalahkan Tuhan (luar biasa bukan).
Ciri-cirinya kalau berbuat kebaikan
dengan syarat, misalnya kita memberi sedekah kepada seseorang dengan harapan
akan menerima keberuntungan atau kebaikan 10 kali lipatnya, terus menerus di
ingat-ingat pernah kasih ke Yayasan ini ke yayasan itu, pernah nyumbang ke ini
ke itu dan lain sebagainya.....dan ketika ada masalah nanti Tuhan yang
disalahkan, “Mengapa kau beri aku cobaan ya Tuhan, padahal saya sudah
menyumbang ke Yayasan ini, ke Panti itu, mendonasikan ini itu...mengapa
Tuhan...”
Nah, jadinya kan seperti itu, karena
melakukan kebaikan dengan syarat, “Saya mau melakukan kebaikan dengan syarat
nanti saya akan menerima kebaikan lagi”, Thats Not How It Works.....
So, how it works? Lakukan kebaikan
dan lepaskan ke semesta, dan lanjutkan hidupmu, jadikan ini kebiasaan yang baru
sehingga tubuhmu tidak lagi mengira bahwa ini sesuatu yang “Wow” tubuhmu sudah
terlatih dan menjadi kebiasaan...Doing good thing everyday makes you positive
and had a clear mind all the times.....
Kemudian closingnya bagaimana?
Seperti yang sering saya dengarkan di dalam kelas Workshop, “Mari kita tebarkan
Karma Baik” ya kira-kira itu maksudnya....jangan berhenti kalau ada yang
membalas kebaikan kita dengan kejahatan, itu bukan salah anda, anda tidak bisa
kontrol manusia lainnya, anda hanya bisa kontrol diri dan perilaku anda,
sehingga lakukan saja tanpa pikirkan lagi nanti kembalinya seperti
apa...lepaskan maka anda akan terkejut akan Mulia-Nya.