Wednesday, September 23, 2020

Waktu

23 September 2020

 

Ketika kita berbicara mengenai waktu itu sebenarnya adalah relatif, setiap orang pada dasarnya memiliki waktunya masing-masing tidak bisa di standard-kan.

Sudah sejak jama Mesir kuno, jam pertama di ciptakan, sebuah pengukuran waktu di sepakati pertama kali oleh bangsa Mesir kuno (1500 sebelum masehi), pada saat itu disebut sebagai Sundials (Jam Matahari), sistemnya sederhana, hanya mengukur pertama kali terbit matahari hingga terbenamnya matahari dibagi menjadi 12 bagian, kemudian itulah yang menjadi satu jam perbagiannya. Tentu itu tidak sama lagi dengan waktu yang jita gunakan sekarang, kerena pada saat itu Sundials hanya bisa digunakan ketika ada matahari saja, dan di daerah tertentu saja, belum juga kalau nanti musim nya berubah, pasti siang bisa lebih panjang atau lebih pendek. Kemudian diciptakan jam dengan akurasi tinggi hingga ke milidetik nya.

Baik, kita sudah membahas latar belakang mengenai penciptaan jam dan pengukuran waktu menurut sejarah manusia. Tapi bagaimanapun juga waktu tidak akan pernah menunjukkan keakuratan yang sesungguhnya, karena pada dasarnya tidak ada yang bisa benar-benar mengukur waktu secara presisi, tapi hingga saat saya tulis ini, manusia tetap tunduk pada waktu, walaupun kita sadari bahwa persepsi kita terhadap waktu selalu coba untuk di samakan oleh satu sama lainnya.



Ketika kita berada di dalam pusaran waktu maka kita akan tunduk pada hukum waktu. Yang artinya kemarin adalah yang sudah dialami, sekarang atau hari ini adalah yang sedang kita alami dan besok adalah hal yang belum kita alami. Ini konsep yang saya coba sederdhanakan agar kita bisa sepaham mengenai konsep waktu.

Sambil kita ber-jeda sembentar mengenai konsep waktu, sebenarnya dari sejak kita belum lahir kita sudah dikenai hukum waktu, kita sudah masuk dalam pusaran dan aliran sungai “waktu”. Di dalam kandungan Ibu kita, kita bahkan tidak diberi kesempatan untuk menentukan “waktu” kita sendiri. Kita sudah dihitung mulai dari terbentuknya janin hingga sampai menjadi bayi sempurna yang siap untuk dilahirkan ke dunia, berapa lama itu? Kurang-lebih 9 bulan 10 hari, kalau kurang dari itu kita didkatakan “Premature” kalau lebih dari itu dikatakan “Bayi Malas”, dan harus dipaksa untuk dilahirkan melalu obat perangsang kelahiran atau dengan operasi Caesar, dengan alasan medis dan lain sebagainya.

Kemudian ketika lahir jadi bayi pun, kita sudah di kenai hukum waktu yang mengatakan “Umur segini harusnya sudah bisa tengkurap”. Simple, tapi kita sudah mengalami dan berada pada aliran waktu. Sampai pada nanti kita belajar berjalan pertama, mengatakan kata-kata yang pertama, semua itu sudah dirumuskan dengan waktu, “Seharusya usia sekian sudah bisa……”, ini sebenarnya menjadi sebuah penderitaan batin bagi yang tidak bisa “Tepat Waktu”, dan pasti akan menjadi beban yang akan dibawa sampai dewasa nantinya.

Jadi semakin kita terserap pada waktu maka kita akan semakin menderita, penderitaan akan bertambah dengan seiring berjalannya waktu, ketika kita mulai membandingkan diri kita dengan orang lain, “Dia umur 25 tahun sudah nikah, saya kok belum ya?” dan lain-lainnya, apalagi jika ditambah dengan lingkungan yang semakin membuat kita terserap ke dalam hukum waktu.

Kemudian bagaimana caranya agar kita tidak semakin terserap kedalam hukum waktu? Jawabannya adalah tidak akan bisa, karena kita terperangkap dalam tubuh manusia yang punya umur pakai dan pasti akan terpengaruh dengan hukum waktu karena kita ada di dalamnya.

Tapi ada caranya agar kita tidak terserap secara terus menerus ke dalam pusaran waktu ini. Dengan cara sediakan “Waktu” bagi “Diri sendiri” untuk diam dan hening sejenak untuk kontemplasi (tidak sama dengan meditasi). Kontemplasikan keberadaan diri anda sekarang tanpa memvisualisasikan apapun itu, rasakan diri anda di dunia ini sebagai apa? Tidak untuk dijawab juga, hanya dikontemplasikan…..siapa kah anda? Mengapa anda berada di sini?

Waktu yang tepat menurut saya untuk melakukan kontemplasi (bagi saya) adalah ketika akan tidur, setelah bangun tidur dan ketika istirahat siang (karena saya orang kantoran).

Artinya ketika kita melatih diri kita untuk sejenak terlepas dari belenggu waktu, maka sedikit demi sedikit kita akan mengurangi penderitaan kita sebagai manusia di dunia ini yang terkena hukum waktu, menjadi lebih ringan dan mampu mengendalikan waktu kita masing-masing.

 

Mari ber-jeda bersama.

No comments:

Post a Comment

Waraz.

𝗜𝗡𝗚𝗜𝗡 𝗧𝗔𝗛𝗨 𝗧𝗘𝗡𝗧𝗔𝗡𝗚 𝗛𝗢𝗟𝗜𝗦𝗧𝗜𝗖 𝗛𝗘𝗔𝗟𝗜𝗡𝗚?𝗠𝗔𝗨 𝗕𝗘𝗟𝗔𝗝𝗔𝗥 𝗝𝗔𝗗𝗜 𝗛𝗢𝗟𝗜𝗦𝗧𝗜𝗖 𝗛𝗘𝗔𝗟𝗘𝗥? 👇👇👇 Baca...