03-03-2020
Ketika saya ditanya oleh salah seorang petugas penerbangan
mengenai identitass diri saya, pastilah hal pertama yang saya keluarkan adalah
KTP (Kartu Tanda Penduduk), ini sudah menjadi sebuah pakem di dalam sebuah
sistem administratif, dimana ketika kita di tanya “Tolong Identitasnya…” inilah
yang pertama kita lakukan.
KTP =
Anda?
Namun ketika anda ditanya untuk mengidentifikasikan diri
anda, maka anda akan mulai dengan kata “Hmmmmm…..” mengapa anda tidak bisa
mengucapkan secepat anda mengeluarkan KTP anda? Jangan khawatir, saya kadang
juga masih seperti itu. Mengapa kita agaknya sulit ketika diminta untuk mengidentifikasikan
diri kita sendiri? Ketika kita ditanya “Tolong deskripsikan diri anda?...”.
Segera kita berpikir “Apa ya?” mengapa?
Ada
beberapa alasan mengapa seperti itu:
- Karena kita tidak ingin menjawab sembarangan karena tidak ingin orang tersebut salah menilai siapa kita, “takutnya nanti kita salah bicara dan orang lain tidak suka dengan apa yang kita ucapkan”.
- Bisa jadi kita sendiri tidak tahu siapa kita ini sendiri itu siapa? Saya ini siapa? Pertanyaan yang belum terjawab, bahkan di usia yang sebagian orang menganggap sudah di usia dewasa.
- Adakalanya karena kita tidak ingin terbuka kepada orang yang sedang menanyakan hal itu kepada kita, kalau dipaksa untuk menjawab, bisa-bisa yang keluar adalah sebuah rekayasa, bukan diri kita yang sebenarnya yang ingin kita deskripsikan kepada orang tersebut.
- Alasan lainnya, bisa saja karena kita tidak suka orang lain mengorek informasi mengenai pribadi kita dan banyak alasan lainnya yang bisa menjadi alasan kita tidak bisa menjawab secepat kita mengeluarkan KTP kita.
Sebuah
Pengalaman Pribadi
Saya pernah berada pada tahap pencarian jati diri saya, pada
saat saya lahir, Bapak saya sudah menyiapkan nama untuk saya, yaitu Michael
Aditya Hendrawan. Di akte kelahiran dan di KTP saya sampai saat ini masih
tertulis nama yang sama sejak saya lahir. Jadi di sekolah pun saya juga
menggunakan nama itu, ketika saya SD juga menggunakan nama itu tidak menjadi
masalah.
Problemnya ketika SMP kelas 1 saya seringnya dikenali sebagai
“Aditya” bukan “Michael” nya karena bagi sebagian orang terutama yang asing
dengan kata itu bagaimana membacanya, pasti akan kesulitan dan seringnya salah
menyebutkannya menjadi “Michelle” lha emang saya cewek? Kemudian “Micel”
emangnya “Mie sama Pecel”, sampai akhirnya wali kelas saya memutuskan untuk
memanggil saya dengan nama “Aditya” nama tengah saya.
Naik ke kelas 2 SMP, saya satu kelas dengan kakak kelas saya
yang tidak naik kelas, namanya sama dengan saya “Aditya”, “wah bisa bahaya ini”
kata saya dalam hati. Bisa-bisa nanti dia yang mbolos, saya yang dicari guru
BP. Dengan keadaan seperti itu maka saya memutuskan untuk menggunakan nama “Michael”
untuk membedakan saya dengan dia yang namanya sama dengan saya. Karena kelas 2
itu di “Shuffle” dengan siswa kelas lainnya maka beberapa anak yang baru
mengenal saya ya tahunya saya itu “Michael” bukan “Aditya” dan beberapa teman
saya yang satu kelas di kelas satu SMP sering bingung, siapa ini “Michael”,
begitu dipanggil saya yang berdiri, baru mereka tahu “Ooooo”.
Hal ini masih saya ulangi terus sampai SMA di mana ada
beberapa teman yang memiliki nama sama dengan saya maka saya menggunakan nama
saya yang lainnya. Bahkan jika masuk di sebuah komunitas baru dan saya ingin
dikenal sebagai sosok baru maka saya sering menggunakan “Nama-nama” saya
lainnya.
Mengganti
Nama = Mengganti Peruntungan?
Saya tidak menggunakan term “Nasib” karena nanti akan panjang
residunya, maka saya gunakan term Peruntungan. Apakah bisa mengubah nama akan
mengubah “peruntungan”, ya kalau di budaya jawa, anak yang lahir ke dunia dan
kemudian sering sakit atau sering tertimpa “kesialan” sudah barang pasti
penyebabnya adalah “keberatan nama” atau “namanya nggak cocok”, macam-macam
lah. Karena pada dasarnya nama lahir kita ini adalah label pertama yang kita
terima ketika dilahirkan ke dunia ini. Identifikasi pertama kita yang kita
terima.
Nama yang diberikan orang tua sudah mengandung doa dan
harapan kelak si anak ini akan menjadi seperti apa atau akan bagaimana. Oleh
karena itu penggantian nama itu adalah salah satu upaya memberikan label baru,
identifikasi baru terhadap diri kita, dengan harapan yang baru, tentunya harus
di ikuti dengan syukuran kalau orang jawa selalu lakukan, syukuran atas doa dan
harapan baru yang disematkan bersamaan dengan identitas yang baru.
Apakah
Mengganti Tanda Tangan = Mengganti Nama = Mengganti Peruntungan?
Ini murni jawaban pribadi saya, semua itu tergantung “Niat”
nya dan tergantung kepada pribadi masing-masing, jika seseorang mengganti tanda
tangan dengan di-NIAT-kan untuk mengganti “dirinya” yang lama dengan yang baru
dan benar-benar “laku”nya juga di-NIAT-kan untuk berubah, maka dengan Ijin dan
Kuasa Tuhan maka “Peruntungan” juga akan berubah.
Jadi apakah dengan mengubah tanda tangan atau mengubah nama
akan mengubah “peruntungan”, jawaban saya tentu saja tidak serta-merta berubah….ada
kata pepatah modern yang mengatakan “tidak semudah itu Ferguso”, karena ada
beberapa hal yang harus dirubah, karena tidak salah nama atau tanda tangan
anda, sehingga anda memiliki “peruntungan” sedemikian rupa.
Masih ada warisan Leluhur, masih ada luka batin jiwa-jiwa
kita yang dulu, masih ada hutang kebaikan yang kurang dilakukan….masih banyak
lainnya lagi.
Jadi
kalau saya tanya kembali “Coba identifikasikan diri anda siapa?” apakah anda
sudah bisa menjawabnya secepat anda emngeluarkan KTP anda?
No comments:
Post a Comment