Kisah Tentang Pinggiran Roti (Kulit Roti)
25 Januari 2021
Ini merupakan tulisan pertama di tahun 2021, mengapa saya
lama tidak menulis ya karena alasan klasik, “tidak sempat” bukan karena
materinya yang tidak ada bukan karena waktunya yang tidak ada, akan tetapi
“hati” ini yang tidak sempat hadir di dalam tulisan tersebut. Hari ini saya
menulis lagi, semoga berkenan.
Jadi ini merupakan kisah tentang pinggiran roti atau biasa kita sebut sebagai “Kulit Roti”. Pinggiran roti ini bukanlah selera semua orang. Bagi beberapa orang memang sengaja dibuang atau tidak dimakan karena selain warnanya beda dari “roti” itu sendiri, mereka juga memiliki tekstur dan rasa yang berbeda pula, sekali lagi bukan selera semua orang.
Sampai-sampai ada beberapa toko roti yang menyediakan roti tawar kupas atau roti tawar putih. Yaitu Roti yang bagian pinggirannya atau kulit rotinya sudah dikupas atau sudah dipotong. Sehingga bagi siapapun yang membelinya sudah tidak repot-repot lagi memotongnya atau mengupasnya lagi, sudah tinggal dimakan saja.
Mari kita mundur lebih jauh lagi bagaimana sebuah roti dibuat oleh seorang pembuat roti (Baker) yang mengolahnya sehingga menjadi roti yang siap kita makan. Jadi bahan pembuat roti biasanya terdiri dari bahan utama yaitu tepung terigu, ragi, air, minyak sedikit dan garam atau gula, atau bisa keduanya. Sekarang tergantung baker yang menentukan akan menjadi roti seperti apakah ini nanti, apakah roti tawar atau roti dengan rasa tambahan lainnya. Inti bahan pembuatnya sama semua untuk semua roti. Adonan diolah dan dicampur kemudian di uleni (knead) dengan sepenuh hati hingga sesuai dengan keinginan dari baker seperti apa nanti roti ini jadinya.
Setelah itu dimasukkan ke oven untuk dipanggang sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan untuk membuat roti tersebut. Kemudian setelah matang dan selesai roti dikeluarkan dari pangganganan dan didinginkan di suhu ruagan dan kemudian dikemas siap untuk dijual atau dihidangkan.
![]() |
Pinggiran Roti |
Jadi roti dan pinggirannya pada dasarnya terbuat dari bahan
yang sama, diolah oleh baker yang sama, mengalami proses pengolahan dan
pemanggangan yang sama, tapi kenapa kita membedakan antara pinggiran roti
dengan roti yang pada dasarnya mereka itu sama?
Padahal kalau di telusuri kembali untuk bagian roti terluar
atau kulit roti ini sangat berjasa melindungi tengah roti ini agar tidak ikut
kering seperti pinggiran roti yang terpapar panasnya oven secara langsung?
Mengapa kita masih menganggap Kulit Roti ini tidak pantas kita makan bersamaan dengan tengah roti yang selama ini di naungi oleh kulit roti agar mereka bisa menjadi roti yang putih bersih dan tidak gosong?
Bukankah ini sama saja seperti kita memperlakukan orang lain yang kita rasa lebih hina dari kita? Orang lain yang kita anggap lebih jahat dari kita? Orang-orang yang jahat terhadap kita?
Kita apakah orang-orang tersebut? Iya benar sekali…. Kita singkirkan dan kita buang, karena orang-orang itu tidak pantas “sepiring” dengan kita bukan?
Padahal mereka yang jahat kepada kita itu terbuat dari bahan yang sama dengan kita, mereka juga berasal dari “Baker” yang sama dengan kita yaitu Tuhan?
Bukankah kalau kita menghina mereka adalah sama dengan menghina “Baker” nya yaitu Tuhan?
Sekarang kalau sudah tahu mau apa kita?
No comments:
Post a Comment